Gimana kabar balita Mama hari ini? Sudah makankah ia? Lancar-lancar aja, atau bikin drama dulu Ma?.. Wah, kalo ampe bikin drama dulu, pusing juga pastinya ya Bun?
Banyak ibu yang punya balita susah makan atau picky eater . Apa ya penyebabya? Boleh jadi kita yang memberi makan yag salah. Kok bisa?
Dr Aryono Hendarto, Divisi Nutrisi & Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI mengatakan, " Dalam istilah medis, kesulitan makan adalah perilaku ketidakmampuan bayi/anak mengonsumsi makanan menggunakan mulut secara sukarela."
Tipe si picky eater beda-beda. Ada yang makan terlalu sedikit, hanya mau makan jenis makanan tertentu, tidak mau mencoba makanan baru, sedikit mengonsumsi buah dan sayur, marah saat waktu makan tiba, menghabiskan makan/minum dalam waktu lama, terlalu menyukai makanan tertentu, memilih minum ketimbang makan.
Survey HarrisInteractive, Amerika Serikat menunjukkan, 43% ibu di Indonesia mengeluh anaknya picky eater. Dari responden tadi, 40% terjadi pada anak usia 1-10 tahun. Padahal, pada masa itu buah hati memerlukan nutrisi cukup untuk menunjang pertumbuhannya. ”Anak usia 5 tahun yang tergolong picky eater ditemukan lebih pendek, berat badan kurang, sembelit. Penyebabnya, mereka mengonsumsi lebih sedikit nutrisi dan mikronutrien” kata Aryo.
Kalau sudah begini, ibu mana yang tak khawatir?
Menurut Aryo, ada tiga hal yang mempengaruhi pemberian makan (feeding), yaitu interaksi, kultur dan temperamen. Ternyata, makan itu tak sekadar melengkapi nutrisi. Saat proses feeding, terjadi interaksi, seperti menatap matanya, mengajaknya berkomunikasi, bermain dan proses menyenangkan lainnya. Interaksi yang aman, nyaman akan membuat proses makan menjadi mudah. Proses ini juga membuat anak belajar dan meniru kebiasaan feeder.
Fenomena saat ini, si pemberi makan—orangtua—cenderung memberikan pendekatan yang salah. Contohnya, memaksa, mudah marah, tidak sabar. Alhasil, si anak melakukan aksi gerakan tutup mulut. “Makan itu bukan naluri tapi proses belajar. Sama seperti ketika ia belajar berjalan,” katanya.
Padahal saat anak menolak makan, bisa jadi dia sedang sariawan. Beberapa faktor anak tergolong picky eater di antaranya, penyakit organik, salah persepsi, trauma, cholic (gangguan usus). Atau, ditelantarkan. Maksudnya, ia sudah lapar tapi Anda malah asyik nonton TV.
Cermati kebiasaan batita usia 1-3 tahun. Nafsu makannya cenderung menurun karena ia sedang mengalami masa transisi dengan pola makan orang dewasa. “Jadi, bantulah ia dengan membangun rasa makanan yang sehat. Bukan malah dicekoki,” katanya. Sebenarnya, lanjut Aryo, muaranya ada pada cara orangtua memberi makan.
Tjhin Wiguna, psikiater anak dari FKUI/RSCM membenarkan, proses pemberian makan yang baik berdampak pada kesehatan fisik, psikologi dan emosi anak. “Kalau picky eater dibiarkan, kelak ia cenderung sulit berinteraksi dan pilih teman,” ujar Tjhin.
Apa yag harus dilakukan pada si picky eater?
Ketika anak tergolong picky eater dan Anda sudah kehabisan cara merayunya, segera konsultasi ke dokter. Kenali tanda-tandanya, seperti berat badan turun atau tidak pernah naik, pertumbuhannya lebih lambat dari anak normal, selalu terlihat lelah, mudah sakit dan terinfeksi.
Selanjutnya, sambung Aryo, dokter mengarahkan pembentukan perilaku si kecil dan memberi suplemen. Tak kalah penting, mengedukasi orangtuanya. Yaitu, sambung Aryo, mengajarkan bahwa proses makan bukan berupa pemaksaan. Orangtua juga harus mengerti tentang cara mengatur ekspektasi pertumbuhan dan nutrisi. Mereka juga dituntut memahami prinsip feeding. Bisa, kan, Bunda?
Menerapkan aturan makan
1. Hindari tawar menawar agar anak mau makan. Misal, sambil nonton, diberi boneka. Ingat, makan itu harus dalam lingkungan tenang.
2. Bersikap netral. Hindari pujian, kritik, rangsangan berlebihan, apalagi pemaksaan.
3. Beri makan pada selang waktu tertentu dan hindari ngemil untuk mendorong nafsu makan. Makan 3-4 jam terpisah dan tak ada pemberian makanan di antaranya.
4. Berikan makanan sesuai usia.
5. Batasi durasi makan.
Pemberian makanan seharusnya 20-30 menit, dan disiplin. Lebih dari 30
menit berarti ia mengemut. Lebih baik, tunggu dia kembali lapar lalu
kita beri makan.
6. Perkenalkan satu makanan baru dalam satu waktu. Ekspos anak dengan makanan baru tadi hingga 15 kali sebelum ia memastikan tidak menyukainya.
7. Mendorongnya makan mandiri. Selain melatih motorik, ini cara terbaik mencegah masalah feeding pada anak. Sediakan makanan sehat dan beragam.
8. Bertoleransi dengan situasi yang berantakan saat makan sesuai usianya. Biasakan makan di meja makan bersama seluruh anggota keluarga.
Mudah-mudahan si kecil jadi doyan makan ya Bunda... :)
Sumber: http://www.ummi-online.com, http://www.sheknows.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar