Mama sudah pernah dengar belum yang namanya fase falik pada anak laki-laki?
Menurut dr. Oka Negara, pengajar di bagian Andrologi. Seksologi Universitas Udayana, yang juga menjabat sebagai sekretaris di Asosiasi Seksologi Indonesia, fase falik adalah fase di mana si anak mulai merasakan sensasi seksual di kelaminnya pertama kali. Kalau ditelusuri lagi ada tahapan fase-fase sensasi seksual yang berbeda di tahapan perkembangannya. Usia baru lahir sampai dua tahun, sensasi seksualnya di mulut, sehingga disebut fase oral. Usia 2-3 tahun sensasi seksualnya di dubur, sehingga disebut fase anal. Waktu usia 3-5 atau 3-6 tahun sensasi seksualnya di kelamin, yang disebut fase falik tadi, seringkali tanpa disadari dan dipahami dengan baik. Lalu 6-11 tahun adalah fase laten di mana si anak tidak fokus dengan sensasi seksual tetapi lebih banyak di tumbuh kembang fisik dan kognitif (masa sekolah). Dan usia 12 tahun ke atas sudah masuk fase genital, memasuki perkenalan dan tahapan kehidupan seksual sesungguhnya yang ditandai dengan adanya tanda-tanda pubertas, dan sensasi seksual sudah dinikmati di organ-organ seksnya secara sadar.
Bagaimana cara menjelaskan hal ini pada si kecil?
Dibiarkan saja, selama tidak mengganggu lingkungan sekitar. Seringkali
malah bukan hanya menggesek-gesekkan kelaminnya, tetapi bisa juga, ada
kasus, si anak sering telanjang dan memegang-megang kelaminnya di depan
orang lain, misalnya di hadapan tamu saat ada yang berkunjung ke rumah
atau saat ibunya arisan bareng teman-teman ibunya, kejadian ini kadang
membuat malu atau si ibu menjadi tidak nyaman. Kalau kejadiannya seperti
ini tinggal ajak ke dalam kamar dan alihkan perhatian, dan jangan
dimarahi karena bisa menjadi nanti terekam dalam memori si anak sebagai
sebuah kejadian yang baginya memegang kelamin atau beraktivitas seksual
itu adalah sebuah hal terlarang, ini akan berpotensi akan persepsi buruk
seksual di masa depannya.
Cara yang tepat menanggulangi jika si anak tetap saja menggesek-gesakan penisnya?
Apakah kebiasaan ini akan hilang seiring waktu?
Iya, karena nantinya anak akan beralih ke fase laten. Jadi biasanya, akan berhenti sekitar usia 5 atau 6 tahun biasanya.
Bagaimana cara komunikasi efektif dalam proses pendidikan seks pada anak?
Ciptakan suasana bahwa kebersamaan orang tua, baik ayah dan ibu adalah sebagai sumber informasi seksual yang sama. Tetapi memang akhirnya nanti akan terseleksi, yang sebaiknya lebih berperan adalah yang memang paling punya kualitas waktu terbaik yang paling sering bersama si anak. Misalnya ibunya. Tetapi bukan berarti si ayah lalu tidak melakukan apa-apa atau tidak berperan dalam komunikasi seksual bersama anaknya, hal ini tetap harus dilakukan.
Di usia bermain, tentu saja ajarkan anak untuk memahami dirinya dengan menyenangkan dan berkomunikasi sambil bermain. Ajarkan anak dengan menggunakan alat bantu permainan yang disukainya, serta libatkan anak untuk mengenali organ tubuhnya dengan baik sambil melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya memberitahukan tentang nama dan fungsi kelaminnya sambil mengajarkan mandi sendiri saat dimandikan di kamar mandi. Ini akan baik buat si anak dan melekat memorinya akan hal baik dan berguna seputar keadaan seksualitasnya.
Apa jadinya jika komunikasi ini gagal dilakukan?
Pahami dulu tentang tahapan perkembangan seksual anak,
karena sesungguhnya hal ini wajar dan nanti juga akan menghilang
berjalan usia. Sekarang tinggal bagaimana menyikapi ekses dari kejadian
yang dilakukan si anak, selama dilakukan di tempat dan bersama orang
yang wajar saja, misalnya dengan orangtua saat tidur-tiduran, atau
bersama bonekanya. Tidak usah bereaksi yang bersifat melarang dan
memarahi. Biarkan saja. Kalaupun tidak nyaman karena bisa jadi dilakukan
di tempat terbuka dan terlalu sering karena hampir tiap hari, cobalah
berkomunikasi dengan biasa saja untuk mengalihkan aktivitasnya dengan
aktivitas lainnya yang menyenangkan anak, seperti mengajak bermain atau
diberikan mainan yang disukai.
Dan sekali lagi jangan dimarahi berlebihan karena bisa
menjadi nanti terekam dalam memori si anak sebagai sebuah kejadian yang
baginya memegang kelamin atau beraktivitas seksual itu adalah sebuah hal
terlarang, ini akan berpotensi akan persepsi buruk seksual di masa
depannya.
Sudah siap menghadapi kelakuan bujang kecil Mama kan? :)
Sumber: mommiesdaily, http://www.studymore.org.uk

Tidak ada komentar:
Posting Komentar