Senin, 15 Juli 2013

Baby Walker, Perlukah?



Hampir semua ibu-ibu kenal ya dengan benda  yang satu ini. Biasanya ia dipake untuk mempermudah si kecil belajar jalan atau biar anteng saat mama harus mengerjakan pekerjaan lain seperti memasak misalnya. Kan ga perlu direpotin jika si kecil merangkak kesana-kemari.

Betulkah? Amankah memakai baby walker ini?

Dr. Karel A.L. Staa, MD, spesialis anak dari RS Pondok Indah Jakarta mengatakan setidaknya ada dua hal yang perlu disorot dalam memutuskan apakah akan menggunakan baby walker atau tidak. Pertama soal keamanan, dan kedua soal perkembangan motorik anak.

American Academy of Pediatric (APP) mengungkapkan bahwa pengunaan baby walker bisa mendatangkan kecelakaan atau cedera pada bayi. Di tahun 1999 di Amerika Serikat dilaporkan sekitar 8.800 bayi usia 15 bulan masuk rumah sakit karena menggunakan baby walker. Dan dalam rentang tahun 1973-1998 tercatat 34 bayi meninggal karena alat ini. Tak terelakkan, fakta ini membuat baby walker menuai pro dan kontra selama berbilang tahun. 


Memang ada banyak anak memakai baby walker dan aman-aman saja. Sebaiknbya jangan buru-buru mengambil kesimpulan sebelum mendengar pendapat ahli.  Karel  mengatakan kata “aman-aman saja” tidak bisa dijadikan patokan bahwa baby walker benar-benar aman untuk anak. “Ibarat berjalan di lantai yang licin. Ada anak yang terjatuh ada yang selamat. Toh, kita tidak bisa mengatakan lantai licin itu tidak berbahaya bagi anak. Begitu juga dengan penggunaan baby walker,” kata Karel.

Salah satu penyebab kecelakaan ketika menggunakan baby walker adalah anak dapat bergerak leluasa, sehingga bisa menggelinding di tangga, terjepit daun pintu, atau menjangkau benda-benda berbahaya bagi anak (seperti gunting, pisau, gelas berisi air panas). Ada juga orang tua yang berpendapat bahwa boleh saja menggunakan baby walker selama anak diawasi. Kenyataannya penelitian menunjukkan mayoritas kecelakaan akibat baby walker terjadi disaat anak dalam pengawasan orang tua maupun pengasuh. Ini karena baby walker memungkinkan anak bergerak cukup cepat, rata-rata 1-3 meter perdetik. Anak terlanjur bergerak ke arah yang membahayakannya sebelum pengawas sempat menghentikannya.

Jika menggunakan baby walker dengan harapan mempemudah atau mempercepat anak untuk bisa berjalan, kenyataannya tidak demikian. Karel mengatakan baby walker berpotensi mengganggu perkembangan motorik kaki anak. Sebab, untuk bergerak anak hanya perlu menggunakan sebagian serabut motorik otot kaki. Misal dengan menggerakkan ujung jari dan mengandalkan otot-otot betis, dalam posisi duduk sekalipun, anak bisa berpindah tempat. 

Sementara untuk bisa berjalan dengan benar dan lancar, anak perlu melatih otot paha dan pinggul. Dan ini sering tidak terpenuhi bila anak dibiasakan bermain dengan baby walker. Akibatnya otot tungkai tidak terlatih untuk menyangga tubuh anak saat berjalan. Anak jadi sering jatuh. Hal ini bisa menimbulkan trauma yang membuat anak takut melangkah, dan akhirnya membuat dia lambat pandai berjalan. Ditambah lagi ada efek psikologis yang membuat anak malas berjalan mandiri karena baby walker membuatnya terbiasa bergerak ke sana kemari tanpa susah payah menjejakan kaki di lantai.

Baby walker juga dicurigai sebagai salah satu penyebab kelainan kaki pada anak. Pasalnya duduk mengangkang di dalam baby walker bisa menyebabkan kelainan tulang paha. Para ahli menduga banyaknya anak berjalan seperti bebek atau mengangkang karena pengaruh baby walker.

“Bila ingin melatih motorik kaki, lebih baik anak dilepas di lantai dan belajar berjalan secara alami dengan kaki terlanjang,” kata Karel. Cara ini bisa melatih seluruh serabut motorik otot, mulai dari otot betis, paha, sampai pinggul, juga membantu merangsang koordinasi jemari kaki,  sehingga memembuat anak bisa berjalan dengan lebih baik. Jika anak mengalami jatuh bangun, itu hal biasa yang justru memberi pengalaman pada anak untuk tidak mudah menyerah. 

Tentunya belajar berjalan secara alami ini membutuhkan bantuan dan pengawasan orang tua. Ada beberapa persiapan sederhana yang perlu dilakukan, seperti memastikan lantai dalam keadaan bersih dan tidak licin.

Selamat melatih si kecil berjalan ya Mama... :)



Sumber:  http://www.parentsindonesia.com, http://www.newbornbabyzone.com

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar