Kamis, 04 Juli 2013

Merespon Tangisan Bayi


Cara bayi berusia 3-4 bulan berkomunikasi adalah melalui tangisan. Apapun kebutuhan atau keluhanya, si bayi hanya bisa menangis guna menarik perhatian sekaligus mengomunikasikan kebutuhannya tersebut. Dari tangisan inilah orangtua atau orang lain di sekitar si bayi akan mengetahui apa yang diinginkan bayi. Umumnya makin keras suara tangisan, makin kuat atau mendesak pula kebutuhannya. Pada semua kondisi yang membutuhkan bantuan orang di sekitarnya, si bayi akan menangis, dari kondisi sakit sampai kekenyangan.

Bagaimana cara merespon tangisan bayi dengan tepat?
Vera Itabiliana K. Hadiwidjojo, psikolog anak dan remaja di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia,  mengungkapkan satu metode yang dikenal sebagai metode SLOW (Slow, Listen, Observe, Whats up). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut;

 Slow. Saat bayi menangis, jangan langsung menggendongnya atau langsung memberikan ASI, karena bisa jadi bukan itu yang diperlukannya. Jadi perhatikan dulu apa yang sesungguhnya dibutuhkan bayi. Perlahan dan tenang saja. Selain memerhatikan, ibu juga bisa mengajak bayi bicara dan menanyakan apa yang diinginkannya. “Meski belum bisa bicara, bayi bisa mendengar perkataan kita ,” imbuh ibu satu putra ini.
 
Listen. Lalu dengarkan tangisan seperti apa yang disuarakan si bayi, apakah tangis karena haus dan lapar, karena lelah, kedinginan dan sebagainya.

Observe. Teliti lagi apa yang menyebabkannya menangis. “Tak ada bayi yang menangis tanpa sebab. Pasti ada sebabnya,” kata Vera. Kita bisa tahu penyebabnya dari tangisannya atau dengan memeriksa keadaan si bayi, dari kondisi tubuh dan keadaan sekelilingnya.

Whats up. Setelah tahu penyebabnya, barulah ibu dapat melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan si bayi. 

Biasanya pada tiga bulan pertama, bayi menangis semata karena kebutuhan fisik saja. Sementara kebutuhan psikologi―misalnya kebutuhan ingin lebih diperhatikan―baru bisa diungkapkan si bayi setelah berusia 3 bulan ke atas. Baik kebutuhan fisik maupun psikologi tentu saja harus bisa dipenuhi orangtua atau orang-orang di sekeliling bayi dengan sebaik-baiknya.

Ada mitos yang berkembang di masyarakat, kalau bayi menangis sebaiknya dibiarkan saja supaya tidak manja dan agar fisiknya kuat. Itu tidak benar. Menurut Vera, jangan membiarkan bayi menangis terlalu lama tanpa usaha orangtua untuk mengetahui penyebabnya. Tentu saja jangan langsung menggendong setiap kali bayi menangis. Namun berikanlah respons positif untuk setiap tangisannya, misalnya dengan menyentuh atau mengajaknya bicara. “Di sinilah akan terbentuk trust (kepercayaan – red) bayi pada orang-orang di sekitarnya yang menjadi dasar perkembangan selanjutnya. Dengan diberi respons bayi akan merasa nyaman, dimengerti, disayang dan diinginkan kehadirannya di dunia ini.”

Bila bayi menangis dibiarkan terus tanpa direspons positif, bisa jadi kelak anak akan tumbuh menjadi anak yang rendah diri karena ia merasa kurang diperhatikan. Lagipula, bayi hanya menangis bila benar-benar membutuhkan sesuatu, baik kebutuhan fisik maupun psikologis. Sebab, sebagai makhluk paling murni bayi tak mungkin berpura-pura dan memanipulasi tangisannya.



Sumber:  http://www.ummi-online.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar