Selasa, 23 Juli 2013

Membangun Karakter Anak


Berani, jujur, amanah, dan sebutlah semua karakter baik yang ada pada seorang pemimpin sejati. Karena karakter-karakter baik ini tidak otomatis hadir pada diri anak, tantangan kita sebagai orangtua adalah bagaimana memunculkannya.

Berikut contoh-contoh praktis dan tak terpikirkan dari Anies Baswedan, tokoh perintis Gerakan Indonesia Mengajar.

Fokus pada hal-hal positif
Di rumah, apresiasi pada hal-hal yang baik yang harus selalu diangkat. Ini mudah dikatakan, tapi kenyataannya mindset kita belum seperti itu. Bila melihat masalah, kita cenderung mengangkatnya, dengan harapan agar anak tidak melakukannya. Lebih baik lihat sisi positifnya, walaupun kecil, dan komentari, apresiasilah. Misalnya, seorang anak SD yang sedang menjalankan puasa, dan pulang ke rumah pada siang hari dengan keadaan yang lelah. Dia mengatakan pada ibunya ingin buka puasa karena tidak kuat. Pilihan pertama: ibu menyemangati untuk ditahan dulu sampai magrib, masa tidak bisa. Pilihan kedua; ibu melihat bahwa si anak sudah berlaku jujur. Alih-alih diam-diam minum, dia ‘lapor’ dulu pada ibunya bahwa dia ingin minum. Karena itu apresiasi kejujuran anak. “Ibu senang sekali karena kamu jujur. Sekarang boleh minum, ini adalah sahur kedua, jadi setelah ini kamu bisa melanjutkan puasamu”. Ini adalah ekspresi menghargai karakter anak yang jujur, hal-hal kecil tapi penting. Kemudian, alih-alih mengatakan bahwa anak ‘batal’ puasa, katakanlah ‘sahur kedua’. kata-kata batal mengandung makna negatif, berarti gagal.
Kemudian Ibu akan menceritakan hal ini kepada Ayah, dan sepulang kantor Ayah juga berkomentar dan mengapresiasi kejujuran anak. Anak akan merekam bahwa jujur adalah value yang sangat dijunjung oleh orangtuanya.

Ceritakan keteladanan.
Tidak perlu dari buku, tokoh-tokoh biografi tertentu. Ceritakanlah secara casual, sosok, orang yang kita temui, yang dekat dengan keluarga, ataupun yang dilihat sama-sama di TV. Cerita singkat tentang kebaikan, kesuksesan, dan cerita positif lainnya pada orang-orang yang dekat dengan lingkungan kita, akan membuat penyampaiannya lebih personal. Tidak perlu dibumbui pesan apapun, karena secara tidak sadar, anak akan mengambil inspirasi dengan sendirinya.

Ciptakan pengalaman-pengalaman yang bisa mem-booster rasa percaya diri.
Ini berkaitan dengan membebaskan anak untuk melakukan apapun, dan memberi kepercayaan. Biasanya pengalaman ini muncul saat anak tidak didampingi oleh orangtuanya, jadi dukunglah untuk setiap kegiatan keluar rumah, menginap di rumah saudaranya, dan sebagainya. Jangan ragu untuk sesekali atau seringkali mengajak anak -yang sudah mandiri- ke tempat aktivitas orangtua, misalnya ke kantor. (Pak Anies juga sangat mendukung upaya mewujudkan kantor yang mother friendly, sehingga apabila ibunya harus bekerja, anak yang masih kecil juga bisa diajak ke kantor).

Mekanisme rekayasa interaksi.
Misalnya berkaitan dengan cara kita mendesain rumah. Segala kemudahan yang diberikan kepada anak, seperti kamar mandi di dalam kamar anak, membuatnya tidak berinteraksi. Ciptakan flow interaksi yang maksimal, antar adik kakak maupun dengan orangtua.

Partnership=Supportive.
Faktanya, level of absense suami lebih tinggi daripada level of presence-nya terhadap anak. Penting sekali istri tidak menceritakan dan mengeluhkan kesibukan suami (absennya suami) sebagai beban.  Tingkatkan engagement suami/istri terhadap perkembangan, apa yang terjadi pada anak di rumah. Ibu selalu memberikan update terhadap apa yang terjadi pada anak sehingga engagement terhadap anak tinggi. Sepulang dari kantor, ayah bisa berkomentar dan memberikan pujian terhadap apa yang dilakukan anak pada hari itu.

Pak Anies juga memberi quote yang menarik, bahwa orangtua adalah pendidik terpenting, tapi sekaligus yang paling tidak tersiapkan. Parents is the most important educator, but the least prepared. Karena itu pendidikan karakter justru sangat penting ditujukan bagi orangtua, karena orangtua adalah sumber inspirasi utama anak. Anak akan mencontoh orangtuanya.




Sumber:  http://mommiesdaily.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar