Mama, Ummi, dan Bunda, pastinya sering merasa ga enakan bukan jika harus mengatakan tidak pada sesuatu. Nah, sebenarnya gimana sih cara yang mantap untuk mengatasi hal ini?..
Kemampuan mengungkapkan pendapat berkaitan dengan sikap asertif. Sikap ini dikatakan Rena Latifa, M.Psi,
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta, sebagai kemampuan mengutarakan pikiran dan pendapat, baik
positif maupun negatif, tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.
Sikap asertif, kata Rena, ada di antara sikap pasif dan agresif. Sikap pasif itu serba enggak enakan dan cari aman. Sementara sikap agresif dideskripsikan sebagai keberanian mengungkapkan pendapat, tapi tanpa memikirkan kepentingan orang lain, yang penting dirinya puas.
Ketidakmampuan seseorang dalam mengutarakan pendapatnya berpotensi menjadi bom waktu yang bisa “meledak” karena lama memendam sakit hati dan selalu berada dalam tekanan. “Bila seseorang merasa terintimidasi, terancam, tersakiti, tidak aman, dan tidak puas hidupnya karena orang lain, secara psikologis mentalnya menjadi tidak sehat. Selain itu, mental tidak sehat juga bisa mengarah ke penyakit fisik, seperti vertigo, jantung berdebar dan lainnya,” papar Rena yang menyelesaikan Magister Profesi Psikologi Klinis Dewasa di Universitas Indonesia ini.
Walau asertif adalah sikap positif dan ideal dalam menjalani hidup, tak setiap orang bisa melakukannya. Ibu satu anak ini mengungkapkan bahwa semua bisa berawal dari pola asuh dalam keluarga. “Apabila sejak kecil seseorang mendapatkan pola asuh dari orangtua yang dominan, otoriter, gemar memotong dan mematahkan kalimat anak, maka ia berpotensi tumbuh menjadi seseorang yang penakut,” bebernya. Kecenderungan ini semakin kuat manakala ia berada dalam lingkungan atau budaya yang membuatnya tidak bisa mengekspresikan pendapat.
Mengasah sikap asertif
Kenali terlebih dahulu apakah seseorang nyaman dengan kondisi tidak asertif. Ada sebagian orang yang nyaman dengan kepasifannya, sebab ia merasa butuh figur yang lebih dominan untuk mengarahkan hidupnya. Namun bila seseorang merasa tersiksa dengan kepasifannya, artinya ia mesti menemukan solusi untuk mengomunikasikan pikirannya.
Sebelum bisa berkomunikasi dengan baik, emosi perlu dikelola agar stabil. Dalam berbagai situasi, jangan terburu-buru fokus pada emosi negatif. Saat orang lain mengutarakan pendapat yang menyinggung perasaan, jangan langsung merasa terhina atau marah, pastikan dulu maksudnya sebenarnya apa. Setelah emosi stabil, barulah kita bisa fokus pada isi pesan yang bisa dipahami orang.
Figur dominan, seperti suami, kadang membuat seseorang takut mengutarakan pendapat. Cobalah dulu berlatih komunikasi dengan figur setara, seperti sahabat, baru kemudian beranikan bicara pada figur dominan. “Patuh dengan pasif itu berbeda. Seorang perempuan bisa tetap mematuhi suaminya tanpa mesti menjadi pasif,” kata Rena.
Bergaul dengan orang yang memiliki banyak kesamaan dengan kita memang membuat nyaman, namun sikap asertif tak akan berkembang. Karena itu, berinteraksilah dengan banyak orang dengan berbagai karakter agar sikap asertif lebih terasah.
Siap untuk bahagia dan nyaman kan bunda? Selamat bergaul ya.. :)
Sumber: http://www.ummi-online.com
http://running2heal.wordpress.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar