Rumah tanpa
TV? Sepertinya langka sekali ya? Apalagi rumah yang banyak anak-anaknya
Biasanya orang tua menyediakan TV supaya anak-anak tak mengganggu kegiatan ayah
dan bundanya. Ada yang menyediakan dvd player, supaya anak-anak tak menonton acara
tv sembarangan atau berlangganan tv kabel.
Sebenarnya
bagaimana cara mengatur anak supaya bisa mandiri menentukan acara tv yang baik untuknya?
Seorang
pakar bernama Wartella (1980) mengatakan bahwa anak-anak dari umur yang berbeda
akan memiliki keterampilan pemprosesan-informasi terhadap situasi menonton TV.
Selama masa kanak-kanak, anak-anak akan tumbuh dan terjadi perubahan baik dalam
kemampuan kognitif maupun dalam hal pemahaman mereka terhadap dunia sosial
mereka. Kemampuan yang berkembang ini kemudian tecermin dalam cara
anak-anak dari usia yang berbeda memahami pesan TV.
Interaksi anak dan TV terus mengalami perkembangan. Nanti, pada saat anak berada di rentang usia 8—12 tahun, ia mulai
menunjukkan kemandiriannya dengan memilih media sendiri, lepas dari pengaruh
orangtuanya, dan lebih ditentukan oleh hobi atau minatnya. Menurut Acuff
(1997), anak-anak pada usia tersebut menunjukkan ketertarikan yang besar pada
acara aksi dan komedi di TV.
Para ahli
berpendapat, ketertarikan anak terhadap TV sangat bisa diarahkan sedari kecil.
Yang efektif untuk ini adalah tindakan yang disebut “mediasi orangtua”. Sesuai
namanya, pada mediasi, orangtua menjadi perantara antara TV dan anak. Beberapa
tindakan mediasi contohnya: orangtua mendampingi anak menonton TV, orangtua
memberitahu anak jika ada hal-hal buruk (atau sebaliknya hal-hal yang baik)
yang tampak di layar, atau orangtua mengatur pola menonton TV anak.
Dari
berbagai bentuk mediasi, yang paling potensial memengaruhi ketertarikan anak
terhadap TV adalah bentuk mediasi yang mengatur pola menonton TV anak. Bentuk
ini dikenal dengan istilah “mediasi restriktif”.
Restriktif
artinya “pembatasan”. Pada bentuk mediasi ini orangtua membatasi akses anak
terhadap TV. Di sini orangtua mengatur pola interaksi anak dengan TV dengan
melakukan pembatasan-pembatasan seperti menyeleksi acara yang boleh ditonton
anak (hanya yang sehat dan tepat dengan usia anak yang boleh ditonton), berapa
lama boleh menonton (sehari maksimal 2 jam) atau kapan boleh menonton (misalnya
menonton jika pekerjaan sekolah sudah dikerjakan).
Karena acara
TV banyak yang tidak aman bagi anak dan tidak pantas ditonton anak, sangat
dianjurkan agar orangtua melakukan mediasi (khususnya mediasi restriktif). Jika
kebiasaan ini sudah dilakukan sejak dini, akan terbentuk pola yang baik pada
diri anak dalam hal mengakses TV. Nanti, dari kebiasaan baik ini, pada diri
anak akan tumbuh “mekanisme pembatasan” sendiri. Dengan demikian orangtua dapat
menangkal efek negatif TV kepada anaknya.
Sumber: ummi, healthyoffspring, theparentreport


Tidak ada komentar:
Posting Komentar