Minggu, 29 September 2013

Yang Sering Bikin Kalap Belanja Itu...


Tak jarang, kita membeli barang-barang yang sebenarnya ga kita butuhin amat. Entah itu baju mahal karya disainer ternama, tas bermerk, gadget terbaru, atau aksesoris yang indah dipandang.

Kok bisa ya kita tergiur membeli barang-barang tersebut, padahal sebenarnya ga masuk daftar prioritas kebutuhan?

Ini bisa menjadi penyebabnya: 

1. Kita sudah tergoda, terpedaya oleh strategi marketing
Yang mempengaruhi orang untuk belanja tentu saja strategi pemasaran yang dilakukan produsen. Iklan yang menarik, begitu berkesan di pikiran bawah sadar kita, pikiran kita menjadi penuh dengan barang yang keliatannya sangat harus kita miliki itu. belum lagi dengan penawaran berbagai macam diskon. Anda pernah bukan membeli sesuatu bukan karena kebutuhan mendesak, tapi hanya gara-gara tulisan 'buy one get one free'? :)

2. Kita senang ikut-ikutan
Selain pengaruh strategi pemasaran yang cerdas dari produsen, kita senang ikut-ikutan teman dalam membeli sesuatu. Rasanya gimana gitu, kalo ga punya juga. Atau bisa saja karena menganggap apa yang dipakai teman itu pilihan yang bagus. Jadi bukan karena kebutuhan. Padahal, bisa jadi setiap orang punya standar yang berbeda dalam menilai bagus tidaknya suatu barang bukan? Bicara gengsi bo.. :)

3.Kita impulsif
Beberapa dari kita mungkin termasuk tipe impulsif. Bisa memutuskan untuk belanja hanya karena menuruti kata hati tanpa rasionalisasi, butuh apa ga kita dengan barang tersebut. Ketertarikan dengan kemasan, ditambah iklan plus diskon semakin membuat orang impulsif tak kuasa menahan diri untuk tak membeli produk tersebut.

4. Suasana hati
Suasana hati yang positif maupun negatif, bisa sama-sama mempengaruhi nafsu belanja. Orang yang sedang hepi bisa pengen belanja apa saja. Begitu juga dengan orang yang lagi stres atau depresi. Terkadang belanja apa saja bisa mengubah suasana hati mereka menjadi positif.


Wahh, kalo sudah tahu penyebabnya, mudah-mudahan kita bisa mengerem nafsu belanja ya.., waspada lo, dolar semakin naik!..



Sumber: psychologytoday, detik


Tidak ada komentar:

Posting Komentar