Ternyata magnet games tak hanya menarik orang dewasa dan ABG, namun juga balita! Bagaimana bisa?..
Menurut data hasil penelitian perusahaan riset The PD Group tahun 2009 di Amerika Serikat, sekitar 82% anak usia 2-17 tahun di AS adalah pemain-pemain loyal video games. Dari prosentase itu, jumlah pemain dari kalangan usia balita atau anak umur 2-5 tahun mencapai 9,7 juta. Fantastis!
Walaupun ini terjadi di AS, bukan berarti orangtua di Indonesia tidak perlu memasang "antena". Di Indonesia, video games dalam bentuk nintendo, playstation, gameboy, ds, dan lain-lain, juga sudah menjadi benda yang akrab dalam keseharian anak. Banyak orangtua membelikan anaknya permainan elektronik itu lantaran memang trend di kalangan anak.
Kenapa sih, games bisa bikin terbius sampai lupa makan?
.-->> Bikin penasaran dan mengasyikkan
Tidak seperti acara televisi yang sifatnya pasif, games di komputer atau video games bersifat interaktif. Ketika anak memainkan satu jenis permainan yang bermuatan kompetisi, maka ia perlu mengulang permainannya berkali-kali agar bisa mengalahkan lawan, melewati level demi level, dan akhirnya menyelesaikan permainan. Proses mengulang dan mencoba yang terus menerus, yang dilatarbelakangi oleh rasa penasaran, keasyikan bermain dan larut dalam permainan, itulah yang menyebabkan anak kecanduan game. Apalagi tak ada kecaman atau bentakan dari games jika mereka gagal dalam suatu level. Bandingkan dengan kita sebagai orangtua yang sering membentak dan memarahi mereka jika melakukan kesalahan. Pantesan ya kita jadi kalah sama games. Ga asyik sih!!..
Games juga mengatasi banyak hal dalam kehidupan, ada yang setiap hari kecanduan game karena kesepian dan sulit berkomunikasi dengan keluarganya. Dia akhirmnya bermain game bertema peternakan yang “mengikatnya”, setiap hari Ipad nya akan mengeluarkan bunyi suara sapi, jika belum diberi makan, dan dia bisa mengangapnya nyata “kasian belum makan sapi-sapiku” dan ada jam-jam tertentu dimana dia harus konsentrasi dengan gamenya tanpa boleh diganggu. Seakan-akan hidupnya seperti seorang profesional yang sibuk namun, hanya memberi makan sapi di gamenya, diceritakan sendiri kesehariannya dan kekonyolannya dengan terbahak-bahak.
Sebegitunya yah?.. :)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga seperti American Psychological Association, American Medical Association dan the American Academy of Pediatrics menyebutkan, kecanduan games bisa menimbulkan:
- Masalah perilaku: anak jadi kurang bersosialisasi karena ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dengan mesin, bukan manusia. Selain itu, kegagalan menyelesaikan permaian bisa memicu rasa frustasi dalam diri anak. Jika games yang dimainkan sarat dengan kekerasan, dampaknya adalah memicu agresifitas dan mengikis rasa iba serta kasih sayang anak terhadap manusia, yang efek sederhananya terlihat dari keengganan anak menolong orang lain.
- Masalah kesehatan: kurang gerak, menatap layar video games konstan dan lama akan mencetus serangan sakit kepala, nyeri tubuh seperti pada leher, kurang tidur, gangguan penglihatan, dan yang terburuk dari kecanduan games akut adalah menyebabkan kematian.
Serem ya sebenarnya efek kecanduan games. Berikut ini 5 tips untuk mencegahnya:
- Sediakan waktu dan kebersamaan dengan anak lebih banyak, menemani anak di rumah. Jika Anda sangat sibuk, aturlah sedemikian rupa. Anggap saja anak anda sedang “sakit” dan perlu ditemani.
- Mengembangkan cara berkomunikasi yang lebih enak dan nyambung dengan anak.
- Berusaha memahami kebutuhan anak, termasuk bahasa anak. Menyelami games yang dimainkan supaya bisa menjadi pintu masuk anda bicara dengan anak.
- Rencanakan waktu untuk makan bersama dan rekreasi bersama. Saat ngobrol dengan anak yang enak adalah saat situasi mereka juga enak, saat makan dan santai.
- Jangan bicara apalagi dengan marah-marah kepada anak saat mereka sedang main games. Hal itu justru membuat mereka bertambah terluka. Berusaha bicara dengan menatap anak dengan kasih sayang.
Sumber: ayahbunda, pendidikankarakter, nydailynews

Tidak ada komentar:
Posting Komentar