Alhamdulillah... Sebentar lagi Ramadhan datang. Mama pasti senang kan ya? Si kecil sudah terbiasa berpuasa belum ma...?
Puasa pada anak-anak menurut ahli kesehatan anak dapat diajarkan secara
efektif sejak anak berusia 4 tahun. Mengajarkan anak untuk berpuasa
sejak umur 4 tahun ini tentunya juga sangat berkaitan erat dengan faktor
tumbuh kembang anak itu sendiri. Maksudnya adalah pada usia 4 tahun
seorang anak memiliki kondisi tumbuh kembang yang harus jadi
pertimbangan utama orang tua dalam mengajarkan puasa.
Apa sih kondisi tumbuh kembang anak yang harus diperhatikan dalam mengajarkannya untuk berpuasa? Garis besarnya anak pada usia balita sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan tubuh yang tentunya memerlukan asupan nutrisi (zat makanan)
yang mencukupi untuk jadi bahan dasar dan bahan bakar dari proses
tersebut. Sebut saja misalnya, pada usia tersebut kerja dari enzim yang
diproduksi dalam saluran cerna anak berbeda fungsi dengan orang dewasa.
Pada anak selain untuk kerja sistem pencernaan, enzim yang terdapat dalam
usus juga berfungsi untuk membantu proses tumbuh kembang yang ada.
Kalau pada orang dewasa fungsi enzim saluran cerna untuk proses tumbuh
kembang ini sudah tidak ada. Selain itu keseimbangan cairan anak juga
berbeda dengan orang dewasa. Anak cenderung lebih banyak memerlukan
cairan menurut perimbangan berat tubuh dan juga cenderung lebih mudah
terkena dehidrasi dibandingkan dengan orang dewasa (bukan usia lanjut).
Kalau kemudian ditanyakan apakah mungkin diajarkan sebelum usia 4 tahun?
Para ahli kesehatan anak menyatakan sebaiknya jangan dahulu karena
berkaitan dengan proses tumbuh kembang anak itu sendiri yang memang
memiliki percepatan lebih besar dan juga berkaitan dengan proses
pengenalan pola makan yang harus ditanamkan pada anak.
Dalam mengajarkan
puasa pada anak juga harus diingat prosesnya harus bertahap dan jangan
tiba-tiba. Bertahap disini maksudnya jangan langsung diajak puasa penuh
selama kurang lebih 12 jam. Tapi bisa bertahap disesuaikan dengan
kemampuan dari si anak dan yang lebih penting selalu dijelaskan bahwa
saat itu sedang belajar puasa sesuai ajaran Islam. Jadi si anak pun
mengerti kenapa dia tidak makan dan minum.
Proses bertahap ini penting
untuk mengenalkan pola pada anak. Setelah pengenalan bertahap tersebut
maka orang tua juga harus berperan untuk menentukan apakah si anak telah
dapat mengerti puasa itu apa.
Kalau orang tua mampu
mengkomunikasikan dengan baik kepada si anak mengenai puasa ini insya
4JJI anak pun akan melaksanakan dengan baik. Komunikasi yang paling baik
menurut apa yang dicontohkan oleh ajaran islam sendiri adalah dengan
contoh. Jadi ajarkan anak berpuasa saat orang tua juga puasa. Insya 4JJI
jika anak diajarkan dengan baik sejak usia 4 tahun ini maka saat masuk
usia baligh dimana dia sudah wajib untuk berpuasa penuh bukan merupakan
beban lagi baginya.
Sumber: http://www.forkom-jerman.org
http://layananqalbu.blogspot.com
Show me a family of readers, and I will show you the people who move the world. ~Napoleon Bonaparte
Minggu, 30 Juni 2013
Kamis, 27 Juni 2013
Bayi Nonton TV?..
Bayi nonton tv sepertinya pemandangan biasa saat ini. Kegiatan yang satu ini mungkin sering juga Mama berikan untuk si baby di rumah. Biasanya sih kalo lagi ada kerjaan yang harus segera diselesaikan sementara ga ada orang lain yang bisa nemenin bayi Mama bermain. Tul ga Ma?..
Ada yang bilang, bayi yang sering dikasih nonton tv akan menjadi bayi yang cerdas. Benarkah?
Penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan dalam Journal of Pediatrics tidak menyetujui klaim para penghibur bayi ini. Menurut Frederic Zimmerman dari University of Washington yang menjadi kepala tim peneliti, justru untuk setiap 4 jam yang dilewatkan dalam sehari untuk menonton video dan DVD bayi oleh bayi yang berusia 8-16 bulan, akan mengurangi kemampuan anak memahami 6-8 kata dibanding bayi yang tidak menonton.
Masalahnya bukan terletak pada isi video yang sebetulnya cukup bagus, namun pada cara otak bayi berkembang. Otak bayi berkembang dengan sangat sensitif. Karena itu, sangat penting untuk bayi berkembang lewat stimulasi yang interaktif – yang bisa berubah sesuai dengan reaksi anak. Ini hanya bisa disediakan oleh orangtua atau pengasuhnya, bukan oleh TV yang cuma bisa menyediakan tayangan monoton.
Kelly Ross, MD, dokter anak dari Missouri yang juga ibu dari anak kembar tiga menegaskan, bayi belajar melalui gerakan dan eksplorasi langsung, bukan lewat pengamatan pasif. Begitu pula menurut Samantha Maplethorpe, MD, dokter keluarga dari Washington yang juga ibu tiga anak. Katanya, TV sebetulnya tidak memberikan keuntungan apa pun dan malah mencuri waktu belajar.
Memang sih, jadi ada waktu-waktu tenang jika bayi bisa menonton TV. Ini juga disetujui oleh Leslie Gavin, PhD, psikolog anak dari Florida yang juga ibu empat anak. Namun menurutnya, menonton tetap bukanlah cara belajar yang baik buat bayi kita.
Selanjutnya penelitian dari University of North Carolina di Chapel Hill, dan North Carolina, televisi dapat mengakibatkan kerewelan pada bayi.
Penelitian dilakukan pada 217 ibu bayi dari Negara Afrika dan Amerika yang berpartisipasi dalam Yayasan Perawatan Bayi dan Risiko Obesitas. Hasilnya, bayi yang menonton setidaknya 2,6 jam perhari selama tiga bulan cenderung mengalami obesitas dan tidak lulus dalam pendidikan sekolah. Selain itu, bayi lebih rewel dan sering menangis. Dampak dari tayangan televisi membuat bayi lebih aktif dan agresif, sebagaimana dilansir EmaxHealth.
Para peneliti menyimpulkan bahwa memahami karakteristik dari tayangan televisi memengaruhi perilaku dari sang bayi. Bayi cenderung tempramental jika melihat tayangan kekerasan. Tak hanya itu, frekuensi menonton yang berlebihan dapat membuat bayi jadi lebih rewel. Nah lo, nambah kerjaan dong jadinya..
Televisi secara mendasar tidak baik bagi otak bayi, demikian dikatakan oleh sejumlah dokter spesialis yang dimuat dalam majalah kedokteran Jerman Neu-Isenburg. "Acara khusus televisi dan DVD rancangan khusus bagi bayi yang mengklaim dapat meningkatkan perkembangan otak secara nyata lebih membawa pengaruh buruk bagi perkembangan otak bayi," demikian pernyataan dokter ahli yang dimuat dalam majalah Neu-Isenburg.
Bayi belajar mengalami gangguan dari televisi, demikian laporan ilmuwan yang mengacu kepada daya kerja otak yang merupakan penelitian Profesor Manfred Spitzer dari Ulm. Menurut Manfred Spitzer bayi tak dapat memproses rangkaian dari tampilan benda maupun suara dari televisi, demikian dikatakan. Spitzer mengatakan dalam satu penelitian di Amerika Serikat sekelompok bayi yang memiliki kisaran umur sembilan hingga 12 bulan dibacakan cerita dalam bahasa China sementara sekelompok bayi lainnya mendengarkan cerita yang sama dari sebuah televisi.
Bayi-bayi dari kelompok pertama dalam waktu dua bulan berselang dapat mengenali suara dalam bahasa China namun kelompok dua yang melulu hanya mendengarkan dan melihat tampilan layar di televisi tidak mempelajari apapun. Para peneliti otak mengatakan bahwa letak televisi yang salah dapat berbahaya apabila seorang dewasa membacakan cerita bagi bayinya.
Jumlah perbendaharaan kata anak-anak yang banyak melihat acara Baby TV atau DVD yang khusus diperuntukkan bagi bayi adalah 20 persen lebih rendah dari jumlah kata yang dimiliki anak-anak secara rata-rata.
Jadi jika ingin memberikan pelajaran pada bayi melalui cerita, lebih baik secara langsung Mama yang bercerita. Bukan melalui tontonan televisi walaupun itu program khusus bayi.
Sumber: http://www.parenting.co.id
http://health.okezone.com
http://health.liputan6.com
Senin, 24 Juni 2013
Seberapa Pentingkah Tidur Siang Bagi Balita?
Berdasarkan hasil penelitian University of Arizona, tidur siang menambah kemampuan anak usia 15 bulan untuk memproses informasi yang dia dapatkan dan mengaplikasikan pengetahuan itu pada suasana baru. Satu kali tidur siang yang sehat (atau dua kali) membantu anak agar tidur lebih nyenyak di malam hari. Anak di bawah 2 tahun yang tidur kurang dari 12 jam per hari, sudah termasuk tidur siang, punya risiko dua kali lipat kelebihan berat badan pada usia 3 tahun. Dan bukti klinis kini menunjukkan bahwa anak yang cukup tidur siang cenderung lebih tidak rewel sepanjang hari.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Medical School Harvard University menunjukkan bahwa anak yang rutin tidur siang memiliki pertumbuhan tubuh yang lebih optimal dibandingkan dengan anak yang nggak mau tidur siang. Hal ini diakibatkan oleh hormon pertumbuhan atau yang disebut human-Growth Hormone (h-Gh) lebih aktif mengalir dalam darah saat anak tidur siang. Hormon ini diproduksi oleh otak dan bekerja sama dengan hormon lainnya, seperti hormon gondok, anak ginjal, tulang, dan otot, mereka membantu proses pertumbuhan tubuh anak.
Nah, dari penelitian-peneliti di atas sudah jelas bukan betapa pentingnya tidur siang bagi balita . Namun adakalanya sikecil tak mau tidur siang karena keasyikan main atau tak bisa tidur karena diganggu terus sama kakaknya atau Anda tak bisa menemaninya tidur siang karena punya jadwal lain. Jangan khawatir bunda, mama, berikut beberapa tips untuk membuat si kecil mau mengistirahatkan tubuhnya:
1. Sebisa mungkin buat kamar menjadi sejuk, gelap, tenang, dan nyaman, sehingga dia merasakan suasana malam hari, kata Pakkay Ngai, MD, pulmunolog anak dari Hackensack University Medical Center, New Jersey.
2. Cari peluang untuk membuat dia tidur,” kata penasihat Parents Jodi Mindell, PhD, penulis Sleeping Through the Night. Cari tanda-tanda anak kelelahan, seperti menguap atau rewel. Lalu tidurkan dia sesegera mungkin karena anak yang terlalu lelah bisa berperilaku enerjik dan hiperaktif.
3. Biasanya anak lebih suka tidur pada jam-jam yang bisa diprediksi –biasanya sekitar pukul 9.30 dan 14.30 untuk bayi dan pukul 13.00 untuk batita dan balita. “Kenali pola biologis anak Anda dan tidurkan dia pada jam yang sama selama beberapa minggu,” kata Dr. Mindell. Bangunkan dia pada jam yang sama setiap hari jika dia tidak bisa bangun sendiri.
4. Sebagian anak tidak mempermasalahkan dimana mereka tidur. Namun sebagian lain menganggap tempat adalah masalah. Jika anak Anda termasuk dalam kategori kedua, usahakan dia selalu berada di rumah saat jam tidur siang.
5. Sebisa mungkin buat dia nyaman saat Anda sekeluarga sedang bepergian. Jangan lupa membawa selimut favoritnya, boneka kesayangan, dan (jika dia menggunakan) empeng.
6. Minta si kakak agar bermain dengan tenang di kamar saat Anda sedang menidurkan adik batita. Jika si kakak mengganggu adik, ajak kakak ke ruangan lain dan biarkan dia melakukan aktivitas yang aman hingga Anda selesai menidurkan adik. Jika kakak dan adik berbagi satu kamar, Anda bisa mencoba kiat ini: Minta kakak untuk pura-pura tidur saat adik mencoba tidur. Setelah beberapa menit, kakak boleh meninggalkan kamar -dengan tenang- dan menikmati waktu one-on-one bersama Mama.
Kalau beberapa tips di atas tak mempan juga, dan Mama masih khawatir anak kurang istirahat, maka perhatikan saja jumlah jam tidurnya selama 24 jam. Para pakar sepakat bahwa kebutuhan tidur batita adalah 12 – 14 jam per hari. Jadi, jika anak pergi tidur pada pukul 8 malam dan baru bangun pada pukul 8 keesokan paginya, maka dia sudah mencukupi kebutuhan tidurnya dalam satu hari—meski tanpa tidur siang.
Sumber: http://www.parentsindonesia.com
http://www.parenting.co.id
http://family.fimela.com
Minggu, 23 Juni 2013
Terkepung Asap
Yang bermukim di Riau dan sekitarnya tak bisa menghindar dari musibah tahunan ini. Selalu ajaa..ada masanya kabut asap menggila di bumi lancang kuning yang kata orang 'atas minyak bawah minyak ini'.Tentu saja kondisi ini mendatangkan gangguan kesehatan bagi warga.
Berikut gangguan kesehatan yang bisa dialami akibat kabut asap ini:
1. Kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi.
2. Kabut asap dapat memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain. Seperti bronkitis kronik, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik).
3. Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
4. Mereka yang berusia lanjut dan anak-anak (juga mereka yang punya penyakit kronik) dengan daya tahan tubuh rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan
5. Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang. Sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.
6. Secara umum berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.
7. Bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi, kemungkinan juga dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
8. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, terutama karena ketidakseimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus dan lain-lain penyebab penyakit (agent) dan buruknya lingkungan (environment).
Ada asap, ada penyakit, tentu ada juga usaha kita untuk menghindari atau paling ga meminimalisir resiko penyakit yang akan menyerang. Kita intip yuuk..
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama berbagi tips untuk melindungi diri dari risiko gangguan kabut asap. Menurutnya, ada delapan hal yang bisa dilakukan. Yakni:
1. Sedapat mungkin Hindari atau kurangi aktivitas di luar rumah/gedung. Terutama bagi mereka yang menderita penyakit jantung dan gangguan pernafasan.
2. Jika terpaksa pergi ke luar rumah/gedung maka sebaiknya menggunakan masker.
3. Minum air putih lebih banyak dan lebih sering
4. Bagi yang telah mempunyai gangguan paru dan jantung sebelumnya, mintalah nasihat kepada dokter untuk perlindungan tambahan sesuai kondisi. Segera berobat ke dokter atau sarana pelayanan kesehatan terdekat bila mengalami kesulitan bernapas atau gangguan kesehatan lain.
5. Selalu lakukan perilaku hidup bersih sehat (PHBS). Seperti makan bergizi, jangan merokok, istirahat yang cukup dan lain-lain.
6. Upayakan agar polusi di luar tidak masuk ke dalam rumah/sekolah/kantor dan ruang tertutup lainnya
7. Penampungan air minum dan makanan harus terlindung baik.
8. Buah-buahan dicuci sebelum dikonsumsi. Bahan makanan dan minuman yang dimasak perlu di masak dengan baik.
Sumber: http://www.republika.co.id
Sabtu, 22 Juni 2013
Berenang Yuuk!
Salah satu jenis olahraga yang dianjurkan untuk dilakukan secara rutin sejak usia dini adalah berenang. Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan, anak-anak yang belajar berenang sejak usia belia ternyata berkembang lebih cepat dan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi ketimbang anak-anak seusianya.
Kesimpulan ini merupakan hasil riset yang digagas para ilmuwan dari Griffith Institute for Educational Research. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan survey kepada 7.000 orang tua anak-anak dari Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat Anak-anak yang diteliti dalam riset ini berusia rata-rata di bawah lima tahun dan penelitian dilakukan selama tiga tahun. Peneliti juga mengikutsertakan sebanyak 180 anak lainnya berusia 3-5 tahun untuk dites. Tujuannya, agar penelitian tentang manfaat berenang pada anak-anak ini menjadi lebih komprehensif.
Menurut pemimpin riset Professor Robyn Jorgensen, hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara anak-anak yang berenang dan non perenang tanpa dipengaruhi oleh latar belakang sosial-ekonomi. Namun penelitian tidak menemukan adanya pengaruh jenis kelamin terhadap perkembangan dan kecerdasan.
Selain perkembangan dari segi fisik, kelompok anak yang belajar berenang mencatat skor yang lebih baik dalam kemampun visual motorik seperti memotong kertas, mewarnai dan menggambar garis dan bentuk, serta tugas matematika. Mereka juga cenderung lebih ekspresif dalam perkataan, dan menunjukan kemampuan lebih baik dalam beberapa bidang terkait huruf dan angka.
"Kebanyakan dari kemampuan tersebut bernilai tinggi dalam lingkungan pembelajaran, dan akan dipertimbangkan bermanfaat bagi anak-anak ketika mereka beranjak dari masa pra-sekolah ke sekolah ," kata Jorgensen.
Ayah, Bunda, jangan malas ngajak si kecil berenang yaaa... :)
Sumber: http://health.kompas.com
Jumat, 21 Juni 2013
Bermain Itu Bikin Cerdas!
Dunia anak, hidup anak-anak, adalah bermain, bermain, dan bermain!.. Dengan bermain, otak mereka akan terstimulasi dengan optimal. Terutama dalam masa golden period 0-6 tahun. Tentu saja dengan permainan yang menyenangkan buat mereka, dan pastinya ada bunda atau anggota keluarga lainnya yang bersedia menemani mereka bermain... :)
Alvin Rosenfeld, profesor pendidikan anak Universitas Stanford berpendapat, mainan yang
dirancang baik dan sesuai untuk anak usia dini dapat bantu kembangkan proses kognitif otaknya. Misalnya melalui permainan mencocokkan bentuk yang dapat melatih si kecil mengenali bentuk dan ukuran. Begitu juga bermain balok-balok kayu untuk melatih si kecil mengkoordinasi gerak motorik dan keseimbangannya.
Dr. Alvin Rosenfeld lebih jauh lagi berpendapat bahwa hal serupa juga ditemui pada permainan board games yang menantang si kecil untuk memecahkan masalah sederhana. Seperti mencari perbedaan pada sebuah gambar, atau mencari jalan keluar dari sebuah gambar labirin. Melalui aktivitas-aktivitas ini, otak si Kecil pun didorong untuk mencari solusi yang dibutuhkan. Sehingga, proses perkembangan kognitifnya pun berjalan dengan baik!
Bermain merupaka bagian integral dari masa kanak-kanak, suatu media yang unik untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, keterampilan komunikasi, perkembangan emosi, keterampilan sosial, keterampilan pengambilan keputusan, dan perkembangan kognitif pada anak-anak. Sedangkan permainan adalah semua media yang dipakai oleh anak untuk melakukan kegiatan bermainnya. Demikian kata Landreth, seperti yang disampaikan Muhamad Rizal, Psi pada Smart Parents Confrence.
Berikut contoh permainan sesuai dengan usia anak, dan kecerdasan apa yang bisa dikembangkan :
Usia 0 – 3 bulan
Pada usia ini, kemampuan bayi masih sangat terbatas, sehingga kita perlu berhati-hati dalam
melakukan permainan. Bayi baru mulai bisa membedakan warna, serta baru mulai melakukan interaksinya dengan dunia luar.
1. Kecerdasan Interpersonal dan Linguistik
Bercakap-cakap dengan bayi Anda, dalam bahasa yang singkat dan jelas. Misalnya “Ini Mama”. Sambil bercakap-cakap, arahkan wajah Anda berhadapan dengan wajahnhya. Permainan ini akan menjadi dasar kemampuan bahasa, serta dengan melakukan tatap muka, maka bayi mulai diajarkan untuk melakukan kontak dengan orang lain.
2. Kecerdasan Musikal
Perdengarkan musik bagi bayi Anda. Bunyi-bunyian yang memiliki ritme tetap juga akan membantu anak untuk belajar memahami bunyi.
3. Kecerdasan Spasial dan Kinestetik
Usia 3 – 6 Bulan
1. Kecerdasan Spasial dan Kinestetik
Usia 6 – 9 Bulan
Pada usia ini, bayi mulai belajar untuk duduk, merangkak, mulai belajar untuk berdiri. Dengan
demikian, variasi permainan bisa menjadi lebih luas lagi.
1. Kecerdasan Spasial dan Kinestetik
Usia 9 – 12 bulan
1. Kecerdasan Kinestetik
2. Kecerdasan Logis Matematis
3. Kecerdasan Interpersonal
Usia 1 – 3 tahun
Pada saat ini, perkembangan kecerdasan anak sudah sangat maju dan kompleks, maka perlu
stimulasi yang lebih untuk mengembangkan mereka. Usia ini anak sudah mulai bisa berkomunikasi dalam bentuk percakapan sederhana, sudah memiliki kemampuan pemecahan masalah, dan ini saat yang tepat untuk mengembangkan kepercayaan dirinya.
1. Kecerdasan Kinestetik
Sumber: Rizal, M, Psi. Seminar Smart Parent Conference. 24-26 Juli 2009. JHCC
http://www.ayahbunda.co.id
http://www.anakku.net
Alvin Rosenfeld, profesor pendidikan anak Universitas Stanford berpendapat, mainan yang
dirancang baik dan sesuai untuk anak usia dini dapat bantu kembangkan proses kognitif otaknya. Misalnya melalui permainan mencocokkan bentuk yang dapat melatih si kecil mengenali bentuk dan ukuran. Begitu juga bermain balok-balok kayu untuk melatih si kecil mengkoordinasi gerak motorik dan keseimbangannya.
Dr. Alvin Rosenfeld lebih jauh lagi berpendapat bahwa hal serupa juga ditemui pada permainan board games yang menantang si kecil untuk memecahkan masalah sederhana. Seperti mencari perbedaan pada sebuah gambar, atau mencari jalan keluar dari sebuah gambar labirin. Melalui aktivitas-aktivitas ini, otak si Kecil pun didorong untuk mencari solusi yang dibutuhkan. Sehingga, proses perkembangan kognitifnya pun berjalan dengan baik!
Bermain merupaka bagian integral dari masa kanak-kanak, suatu media yang unik untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, keterampilan komunikasi, perkembangan emosi, keterampilan sosial, keterampilan pengambilan keputusan, dan perkembangan kognitif pada anak-anak. Sedangkan permainan adalah semua media yang dipakai oleh anak untuk melakukan kegiatan bermainnya. Demikian kata Landreth, seperti yang disampaikan Muhamad Rizal, Psi pada Smart Parents Confrence.
Berikut contoh permainan sesuai dengan usia anak, dan kecerdasan apa yang bisa dikembangkan :
Usia 0 – 3 bulan
Pada usia ini, kemampuan bayi masih sangat terbatas, sehingga kita perlu berhati-hati dalam
melakukan permainan. Bayi baru mulai bisa membedakan warna, serta baru mulai melakukan interaksinya dengan dunia luar.
1. Kecerdasan Interpersonal dan Linguistik
Bercakap-cakap dengan bayi Anda, dalam bahasa yang singkat dan jelas. Misalnya “Ini Mama”. Sambil bercakap-cakap, arahkan wajah Anda berhadapan dengan wajahnhya. Permainan ini akan menjadi dasar kemampuan bahasa, serta dengan melakukan tatap muka, maka bayi mulai diajarkan untuk melakukan kontak dengan orang lain.
2. Kecerdasan Musikal
Perdengarkan musik bagi bayi Anda. Bunyi-bunyian yang memiliki ritme tetap juga akan membantu anak untuk belajar memahami bunyi.
3. Kecerdasan Spasial dan Kinestetik
- Perdengarkan sumber suara, misalnya kerincingan, suara ibu atau ayah. Dan biarkan bayi mencari sumber suara. Ingat, respons bayi masih lambat, tidak heran bila ada jeda beberapa detik sebelum bayi memberikan respons. Lakukan dengan memindah-mindahkan sumber suara.
- Bila memungkinkan, gantung mainan bayi di atas, lalu biarkan mainan itu bergerak memutar dan bersuara. Ini akan membuat bayi menggerakkan bola mata, dan menggerakkan kepala mengikuti sumber gerakan dan suara.
- Berikan rattles, atau mainan lembut lainnya (soft toys), sehingga bayi mulai belajar menggenggam serta menggerakkan mainan tersebut.
- Letakkan mainan di depan bayi dalam posisi telungkup dan dalam jangkauan, biarkan bayi mencoba maraih/mengambil mainan tersebut.
Usia 3 – 6 Bulan
1. Kecerdasan Spasial dan Kinestetik
- Pasangkan sepatu/kaus kaki yang memiliki karakter atau figur tertentu pada bagian ujung, sehingga bayi tertarik untuk mengangkat kaki dan melihat karakter tersebut.
- Bayi juga akan berusaha meraih kaus kakinya, ini akan melatih kecerdasan spasialnya.
- Bunyikan mainan di sekitarnya, biarkan bayi mencari sumber suara, dan mencoba meraih mainan tersebut.
- Tirukan suara-suara yang keluar dari si bayi, bisa secara secara langsung, bisa juga dengan merekam dan meperdengarkan kembali.
- Buat gerakan mengangguk, atau jawaban atas suara yang dihasilkan bayi, sehingga Anda seolah-olah sedang bercakap-cakap dengannya. Ini akan merangsang bayi untuk tetap mengeluarkan suara
- Membaca buku juga akan merangsang anak untuk belajar kata-kata. Semakin sering kita membacakan buku, semakin banyak kata yang bisa diserap. Bacakan dengan perlahan, sambil memperlihatkan buku dan gambar-gambar di dalam buku tersebut. Selain mengembangkan kecerdasan linguistik, hal ini juga akan membantu mengembangkan kecerdasan interpersonal.
Usia 6 – 9 Bulan
Pada usia ini, bayi mulai belajar untuk duduk, merangkak, mulai belajar untuk berdiri. Dengan
demikian, variasi permainan bisa menjadi lebih luas lagi.
1. Kecerdasan Spasial dan Kinestetik
- Berikan mainan yang bisa bergerak, seperti mobil-mobilan, dan jalankan mobil tersebut, biarkan bayi bergerak mengikuti arah mobil. Jangan terlalu jauh, sehingga sulit terjangkau, merasa frustrasi dan tidak ingin bermain.
- Bermain dengan bola, terutama yang mudah digenggam, tidak besar, tetapi juga tidak terlalu kecil sehingga mudah dimasukan ke dalam mulut, sehingga bayi bisa mengeksplorasi dengan baik.
- Untuk anak yang lebih besar dan sudah tumbuh gigi, coba berikan wadah berisi biskuit kecil dan biarkan si kecil mencoba mengambil dan belajar untuk memasukkan ke dalam mulut.
- Anak yang sudah diberikan makanan pendamping ASI dan sudah mulai bisa duduk, ada baiknya juga didudukkan di kursi makan bayi (high chair), sehingga ia bisa belajar duduk dengan baik.
- Tetap berikan buku pada anak, agar ia terbiasa melihat gambar dan mendengarkan kata-kata.
- Pilih mainan yang bisa bersuara, misalnya telepon-teleponan yang bisa mengeluarkan suara sehingga anak tertarik mendengarkan dan memainkan.
- Melambai-lambaikan tangan, “gimme five”, atau salaman, akan merangsang anak menciptakan interaksi dengan orang lain.
- Ajak anak bermain di taman dekat rumah, biarkan ia mulai mengenal orang lain di luar keluarga.
- Panggil namanya, biarkan ia memahami bahwa itu adalah namanya, dan tunggu sampai ia memberikan respons, misalnya dengan menoleh ke arah pemanggil.
- Bawa anak ke halaman rumah, perkenalkan dengan binatang piaraan, perkenalkan dengan tanaman dan pohon-pohon. Lihat reaksinya. Perhatikan, hati-hati dengan binatang peliharaan. Beberapa jenis anjing tidak terlalu bersahabat dengan bayi, sehingga bisa membuat bayi ketakukan. Perhatikan jarak aman.
- Berikan beberapa benda yang sama pada anak, misalnya bola. Lalu sambil memberikan pada anak, kita mulai menghitung “satu.. dua.” Anak mulai dikenalkan pada konsep angka.
Usia 9 – 12 bulan
1. Kecerdasan Kinestetik
- Berikan anak mainan yang bisa didorong (misal walk & ride), sehingga anak belajar untuk berdiri dan mulai melangkah. Perhatikan bobot mainan, jangan sampai terlalu ringan, sehingga bisa membuat anak jatuh.
- Bermain lempar bola. Ajarkan anak melempar bola.
- Memainkan drum, melatih koordinasi tangan.
- Belajar menyusun balok.
- Ajak anak untuk menari dengan iringan lagu yang riang.
2. Kecerdasan Logis Matematis
- Mengajarkan menyusun urutan balok, dari depan sampai terakhir, akan mengajarkan anak sekuensial.
3. Kecerdasan Interpersonal
- Ajak anak untuk bermain dengan anak-anak sebaya. Tujuannya mengenalkan anak dengan anak lainnya, sehingga anak terbiasa dengan anak lainnya.
- Ajak anak memberikan respons ketika dibacakan buku. Biarkan anak memilih buku yang diinginkan, lalu baca bersama-sama.
- Bermain “ciluk baa” dengan tujuan melatih anak memberikan reaksi atas tindakan orang lain, dan sebaliknya.
- Ajak anak melihat lingkungan sekitar, melihat binatang, tanaman, alam lainnya. Bisa dengan mengajaknya ke kebun Binatang, piknik, atau melihat kegiatan berkebun.
- Menonton film tentang binatang.
- Putarkan lagu-lagu anak-anak, ajak mereka untuk mendengarkan dan menirukan lagu.
- Ajak anak bercakap-cakap sambil memainkan mainannya.
- Tirukan suara mereka sambil menambahkan ekspresi muka, sehingga mereka senang dan mendapatkan penguatan untuk mengulangi lagi suaranya.
Usia 1 – 3 tahun
Pada saat ini, perkembangan kecerdasan anak sudah sangat maju dan kompleks, maka perlu
stimulasi yang lebih untuk mengembangkan mereka. Usia ini anak sudah mulai bisa berkomunikasi dalam bentuk percakapan sederhana, sudah memiliki kemampuan pemecahan masalah, dan ini saat yang tepat untuk mengembangkan kepercayaan dirinya.
1. Kecerdasan Kinestetik
- Bermain bola, anak sudah mulai bisa menendang serta menangkap bola. Ajak mereka melakukan permainan bola. Permainan ini bisa menjadi permainan favorit mereka.
- Anak sudah mulai bisa mengayuh sepeda, jadi tidak ada salahnya mulai memberikan mereka sepeda roda tiga. Jika orangtua memiliki sepeda, bisa bersepeda bersama, jika tidak, orangtua bisa mendampingi anak bersepeda.
- Bermain panjat tangga serta perosotan.
- Bermain petak umpet.
- Bermain pasel (puzzle) sederhana (kurang dari 10 keping).
- Bermain balok membentuk bangunan.
- Telpon mainan, melatih anak untuk bercakap-cakap.
- Hand puppet.
- Buku cerita bergambar.
- Bermain peran.
- Bermain dengan teman sebaya.
- Pergi ke kebun binatang.
- Ajak anak untuk melakukan kegiatan berkebun ringan.
- Pergunakan media buku atau kartu bergambar binatang.
- Perdengarkan lagu, ajak anak bernyanyi bersama.
- Memainkan alat musik, misalnya drum atau xylophone.
- Buku gambar dan krayon non toxic, sebagai media mengekspresikan diri dan mengembangkan imajinasi.
Sumber: Rizal, M, Psi. Seminar Smart Parent Conference. 24-26 Juli 2009. JHCC
http://www.ayahbunda.co.id
http://www.anakku.net
Kamis, 20 Juni 2013
Asisten Mama
Setrikaan numpuk, pakaian numpuk, belum lagi yang ngantri di bak cuci piring. "Oek..oek, oekk!", ups, si lima bulan pun ikut jerit-jerit karena belum juga direspon panggilannya oleh sang mama yang sedang nyapu..
Si tiga dan empat taun sudah bangun.. Ohh.. Alhamdulillah mereka dah bisa mandi sendiri!.. Tinggal si satu setengah taun yang harus dimandiin, eh yang lagi oek..oek juga.
:) , begitulah keseharian si supermom yang sebenarnya sering kehilangan supernya karena kecapean. Walaupun cape, ada-ada saja yang menyenangkan dari pasukan cilikku. Bagaimana tidak, si tiga dan empat taun sudah bisa bantu mamanya ngepel, nyapu, bantu jemur cucian, ngerapiin pakaian yang hendak disetrika.. Alhamdulillah... :)
Yap! Usia 3-4 tahun adalah masa anak-anak menginginkan otonomi yang lebih besar. Mereka ingin melakukan segala sesuatu sendiri! Jika ingin anak-anak kita menjadi anak yang mandiri, tidak manja, maka orangtua dan lingkungannya harus mendukung mereka untuk mengembangkan otonominya.
Jangan sampai karena alasan KASIAN, masih kecil!, sang anak tidak bisa melayani dirinya sendiri dan akan kerepotan ketika sudah besar nanti.
Lalu, jika mereka dibiasakan untuk mengerjakan hal-hal kecil yang memang sanggup mereka lakukan, asisten rumah tangga ngapain lagi dong?!.. Nah disinilah dituntut keberanian ayah dan bunda untuk tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga. Setiap anggota keluarga harus dibiasakan untuk melayani diri sendiri. Bertanggung jawab dengan kebersihan dan kerapihan diri sendiri dan rumah. Kebayang dong repotnya jika sudah besar nanti mereka sekolah di luar negeri misalnya. Apa iya harus menyewa asisten rumah tangga. Ada ga ya?? Berapa coba biaya yang harus dikeluarkan?..
Jadi tak ada salahnya kan bun, membiasakan si kecil mengerjakan pekerjaan rumah tangga semampu mereka. Mereka pasti senang bisa menjadi asisten handal mamanya. Karena layaknya orang dewasa, anak kecil pun senang merasa berguna!..
Selamat bekerjasama dengan kru ciliknya ya bunda, ayah... :)
Si tiga dan empat taun sudah bangun.. Ohh.. Alhamdulillah mereka dah bisa mandi sendiri!.. Tinggal si satu setengah taun yang harus dimandiin, eh yang lagi oek..oek juga.
:) , begitulah keseharian si supermom yang sebenarnya sering kehilangan supernya karena kecapean. Walaupun cape, ada-ada saja yang menyenangkan dari pasukan cilikku. Bagaimana tidak, si tiga dan empat taun sudah bisa bantu mamanya ngepel, nyapu, bantu jemur cucian, ngerapiin pakaian yang hendak disetrika.. Alhamdulillah... :)
Yap! Usia 3-4 tahun adalah masa anak-anak menginginkan otonomi yang lebih besar. Mereka ingin melakukan segala sesuatu sendiri! Jika ingin anak-anak kita menjadi anak yang mandiri, tidak manja, maka orangtua dan lingkungannya harus mendukung mereka untuk mengembangkan otonominya.
Jangan sampai karena alasan KASIAN, masih kecil!, sang anak tidak bisa melayani dirinya sendiri dan akan kerepotan ketika sudah besar nanti.
Lalu, jika mereka dibiasakan untuk mengerjakan hal-hal kecil yang memang sanggup mereka lakukan, asisten rumah tangga ngapain lagi dong?!.. Nah disinilah dituntut keberanian ayah dan bunda untuk tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga. Setiap anggota keluarga harus dibiasakan untuk melayani diri sendiri. Bertanggung jawab dengan kebersihan dan kerapihan diri sendiri dan rumah. Kebayang dong repotnya jika sudah besar nanti mereka sekolah di luar negeri misalnya. Apa iya harus menyewa asisten rumah tangga. Ada ga ya?? Berapa coba biaya yang harus dikeluarkan?..
Jadi tak ada salahnya kan bun, membiasakan si kecil mengerjakan pekerjaan rumah tangga semampu mereka. Mereka pasti senang bisa menjadi asisten handal mamanya. Karena layaknya orang dewasa, anak kecil pun senang merasa berguna!..
Selamat bekerjasama dengan kru ciliknya ya bunda, ayah... :)
Rabu, 19 Juni 2013
Mimisan Pada Balita
Si kecil pernah mengalami mimisan?.. Bunda dan Ayah jangan panik dulu ya, jika terjadi hal ini pada sang buah hati.
Mimisan atau istilah medisnya epistaksis merupakan kondisi seseorang ketika darah keluar dari hidungnya. Apa saja penyebab mimisan?
Darah yang mengalir dari cuping hidung balita ini terjadi karena ada pembuluh darah balik kecil di hidung, bisa depan atau belakang, yang “pecah” atau robek. Kondisi ini biasanya akibat:
- Terkena kuku saat balita membersihkan atau mengorek hidung dengan jari.
- Menghembuskan napas atau membuang ingus terlalu kuat.
- Hidung terbentur sesuatu yang keras saat bermain atau terjatuh.
- Kelelahan akibat keasyikan bermain.
- Demam tinggi.
Biasanya ketika mendapati anak mengalami mimisan, saat itu juga kita menyuruhnya untuk mendongak agar darah berhenti mengalir. Padahal, hal ini berbahaya karena darah bisa masuk ke tenggorokan dan membuat anak jadi susah bernapas dan mual.
Dr Glen Ward, seorang dokter anak di Surrey, yang juga ketua penelitian The Canadian Paediatric Society Public Education Advisory Committee, mengatakan kalau sebagian besar masalah mimisan bukan masalah besar namun, tidak ada salahnya untuk mengecek seberapa sering dan berapa lama anak Anda mimisan.Jika mimisan yang anak Anda alami jarang terjadi, mungkin mimisan diakibatkan oleh udara kering atau alergi yang menyebabkan hidung anak gatal sehingga anak mengorek hidung terlalu dalam. Di negara Kanada, mimisan sering terjadi ketika udara kering tapi Ward mengatakan kalau udara lembab dapat memperburuk alergi dan menyebabkan mimisan juga."Sadari tingkat kelembaban di rumah Anda dan temukan keseimbangan yang tepat untuk keluarga Anda." kata Ward.
Tips berikut ini dapat dicoba jika anak Anda mengalami mimisan:
- Minta balita duduk tegak, agak condong ke depan, sehingga aliran darah menjadi lebih lambat. Jangan membaringkan tubuhnya.
- Minta balita bernapas lewat mulut.
- Tekan cuping hidungnya dengan langkah-langkah yang sama seperti mengatasi mimisan pada bayi. Jika mungkin, ajarkan balita cara menekan kedua lubang hidungnya dengan menggunakan jari tangannya sendiri.
- Saat balita menekan hidungnya sendiri, atau dengan bantuan Anda, alihkan perhatiannya dengan membacakan buku cerita, menonton TV, atau memutar film anak-anak.
- Biasanya mimisan akan berhenti setelah 5–10 menit.
- Setelah mimisan berhenti, minta balita untuk tidak bermain “kasar” dulu, seperti lompat-lompat atau berlari, selama beberapa jam. Tujuannya, memberi waktu agar mimisannya benar-benar berhenti.
- Katakan pada balita agar tidak menggunakan jarinya untuk membersihkan hidungnya, menghembuskan napas dengan keras, dan menggaruk lubang hidungnya selama beberapa hari.
- Kalau setelah 30 menit mimisan belum juga berhenti, segera bawa anak ke dokter.
Penting juga dilakukan untuk mangajari anak cara mengatasi mimisan jika sedang tidak di rumah. Misalnya ketika mereka sedang berada di sekolah. Supaya mereka paham apa saja yang harus segera dilakukan.
Sumber: http://www.ayahbunda.co.id
http://www.liputan6.com
http://family.fimela.com
Senin, 17 Juni 2013
Bolehkah Membentak Anak?

Ketika badan terasa letih, lelah, setelah melakukan sejumlah aktifitas, mama pasti ingin istarahat bukan? Namun si kecil belum mau istirahat. Masih pengen maeeen aja.... Inilah saatnya emosi bisa memuncak tiba-tiba. Sadar atau ga, keluarlah teriakan, bentakan, kepada si kecil yang tak berdosa. :(
Membentak anak, menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psikolog Anak dan Remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, akan membuat anak semakin membangkang, terlebih di saat anak sedang tidak tenang dengan luapan emosi tinggi. Nah, sama-sama emosi deh!..
"Anak memiliki emosi yang belum stabil, dan belum dapat mengkomunikasikan dengan baik yang dirasakannya. Sehingga dibutuhkan pembelajaran emosi dengan verbalisasi emosi. Misal, anak marah, orang tua bisa mengatakan, 'oh, kamu sedang marah ya, atau begitu pula saat anak sedih. Namun tentu saja perkataan tadi tidak diucapkan ketika anak sedang mengalami luapan emosi. Tunggulah sampai ia tenang," jelas Vera saat ditemui pada acara "Media Coaching Clinic Lifebuoy & KidZania Jakarta", Kamis (20/12/2012).
Berikut beberapa cara yang dapat dicoba jika mama sedang emosi dan si kecil berulah:
*Ajarkan anak bersikap jika anak mulai berulah, posisikan diri Anda setinggi anak Anda kemudian lihat matanya. Bicarakan baik-baik pada anak kalau sikapnya tidak baik dan harus diperbaiki. Ajarkan bagaimana seharusnya ia bersikap. Cara ini lebih mengena pada anak dibandingkan Anda berteriak untuk memperingatkannya.
*Beri hukuman efektifJika cara di atas tidak berhasil dan malah membuat ulah anak semakin menjadi-jadi, mau tidak mau Anda harus memberikannya hukuman. Minta ia duduk di pojok hukuman selama beberapa menit, hingga emosinya dan Anda turun. Kemudian baru bicara baik-baik padanya, jangan lupa untuk mengungkapkan rasa sayang Anda padanya.
*Berikan peringatan Tekankan sampai tiga kali bagaimana seharusnya ia bersikap. Penelitian menunjukkan seseorang akan menanggapi serius sebuah peringatan jika disampaikan minimal tiga kali. Tanyakan juga alasan mengapa ia berulah, dengan begitu Anda bisa mengetahui penyebabnya. Anak pun merasa dihargai dan didengarkan pendapatnya.
Selamat belajar mengelola emosi ya mama.. :)
Sumber: http://female.kompas.com
http://www.parenting.co.id
Minggu, 16 Juni 2013
Mengapa Asix??..

"Sik-asik, sik-asiik...", kata Ayu Ting Ting..
Yap, setiap orang pasti senang, suka, dengan yang aseek-aseek..
Nah asix yang ini khusus buat bunda dan babynya.. :)
Asix atau asi ekslusif 6 bulan penting karena:
• ASI mengandung sedikitnya 100 jenis bahan yang tidak ditemukan pada susu sapi dan tidak dapat ditiru dengan tepat oleh formula yang dijual.
• ASI lebih dapat dicerna daripada susu sapi, kandungan protein dalam ASI lebih rendah dari pada susu sapi.
• ASI tidak menimbulkan obesitas.
• ASI tidak menimbulkan alergi.
• Komposisi ASI pada saat mulai menyusui berbeda dengan komposisi pada akhir menyusui.
• ASI mengandung banyak zat pelindung yaitu immunoglobulin dan sel-sel darah putih hidup.
• ASI mengandung faktor bifidus, zat yang penting untuk merangsang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus yang membantu melindungi usus bayi dari peradangan.
• ASI hampir tidak pernah menimbulkan sembelit karena mudah dicerna, begitupun diare.
• ASI mengandung seperti garam mineral dari susu sapi, kelebihan sodium pada susu sapi sulit untuk diproses oleh ginjal bayi.
• ASI mengandung lebih sedikit fosfor.
• Bayi ASI lebih jarang sakit pada tahun pertama.
• Menyusu pada payudara membutuhkan lebih banyak usaha yang akan mendorong pertumbuhan gigi, tulang rahang dan langit-langit.
• ASI aman, tidak ada resiko kotor atau tumpah.
• Pemberian ASI sangat mudah, tidak butuh waktu persiapan layaknya susu formula.
• ASI ekonomis.
• Ibu yang menyusui mengurangi kemungkinan resiko terkena kanker payudara.
• Menyusui mempercepat proses pemulihan pada rahim dan pengeluaran lochia.
• Menyusui menekan terjadinya pembentukan telur dan menstruasi, sedikitnya sampai derajat tertentu.
• Menyusui dapat membakar lemak yang terkumpul selama kehamilan.
• Menyusui memperpanjang istirahat bagi ibu.
• Menyusui mendekatkan hubungan emosional dan kasih sayang antara ibu dan anak.
ASIX, minimal dalam 6 bulan pertama kehidupan bayi setelah keluar dari rahim ibu karena bayi berusia di bawah 6 bulan belum memiliki enzim pencernaan yang sempurna atau matang. Sedangkan di dalam ASI sudah terdapat enzim lipase yang membantu penyerapan nutrisi seperti lemak DHA dan AA. Tapi jika mengonsumsi susu formula yang berasal dari susu sapi, tidak terdapat enzim penyerapnya.
Soo... selamat berasix-asix ya bunda... :)
Sumber: http://www.lactamilmama.com
Langganan:
Komentar (Atom)





