Minggu, 12 Januari 2014

Menjadi Pasien Pintar


Sering ke dokter jika sakit? Sudah dengar dong tentang kasus-kasus malpraktik dokter? Untuk menghindarinya, kita tentu saja harus menjadi pasien yang pintar. Caranya??..

Jangan Sendiri Ketika Ke Dokter
Hal yang penting untuk  dicermati saat berkonsultasi ke dokter adalah jangan datang seorang diri saja. Ajaklah suami atau anggota keluarga terdekat saat ke rumah sakit. Ketika si kecil sakit, disarankan untuk mengajak suami atau orang terdekat  menemani. Ini dilakukan untuk membantu memastikan bahwa pelayanan kesehatan yang diterima sudah sesuai prosedur. Pastikan bahwa penjelasan dokter bisa dipahami dan doktermemberi kesempatan untuk mengambil keputusan. Karena pasien punya hak untuk menyetujui atau menolak terapi yang akan dilaksanakan.
Alasan lain tak boleh sendiri saat memeriksakan diri ke dokter yaitu untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain yang ikut bersama saat ke rumah sakit bilamana ada kondisi darurat yang membutuhkan tindakan medis lebih lanjut.

Pilih Dokter yang Ahli Di bidangnya
Penting untuk dicermati juga,  ketika datang ke rumah sakit untuk berobat , pastikan bahwa dokter yang akan dikunjungi adalah dokter dokter yang memang ahli di bidangnya.
Sebaiknya memiliki rekomendasi perihal rumah sakit atau dokter dari orang terdekat. Jika si kecil menderita gangguan pencernaan, maka sebaiknya dibawa ke dokter anak spesialis pencernaan (gastroenterologist). Jadi bukan mencari dokter favorit atau terkenal namun tidak sesuai dengan penyakit yang diderita.

Banyak Bertanya
Tidak ada salahnya jika banyak bertanya perihal pemeriksaan yang dilakukan. Hal ini untuk memastikan bahwa kita tahu tujuan dan alasan dari pemeriksaan tersebut dilakukan. Jangan menjadi pasien yang pasif tetapi jadilah pasien pintar dengan lebih banyak bertanya bila ragu atau tidak paham dengan tindakan medis yang dilakukan oleh dokter. Karena hak pasien adalah untuk bertanya dan mendapatkan penjelasan yang akurat perihal tindakan medis yang dilakukan oleh dokter. Jadi pergunakanlah hak tersebut sebaik mungkin.

Penjelasan Tentang Obat
Ketika mendapatkan resep obat dari dokter, jangan ragu bertanya tentang obat-obatan yang diberikan. Tanyakan kepada dokter, jenis obat  yang diberikan dan efek sampingnya. Selain itu, pertegas juga cara mengonsumsi obat yang diberikan dan bila diperlukan catat penjelasan dokter tersebut. Sebaiknya saat dokter akan menuliskan resep obat, jelaskan padanya  adakah riwayat alergi atau tidak? Karena ini akan mempengaruhi jenis obat yang akan diberikan kepada pasien.

Pastikan Dokter Mencuci Tangan
Saat dokter akan memeriksa, sebaiknya pastikan bahwa dokter atau perawat yang akan menyentuh sudah mencuci tangannya. Prosedur mencuci tangan sebelum memeriksa pasien adalah hal yang wajib dilakukan oleh pihak rumah sakit.
Bisa dibayangkan, berapa banyak kuman akan berpindah ke tubuh kita dari pasien sebelumnya jika para tenaga medis tidak mencuci tangan sebelum memeriksa dan menyentuh tubuh kita. Nah, mulai saat ini jadilah pasien yang pintar untuk mencegah malpraktik yang bisa merugikan anggota keluarga.


Sumber: family.fimela, islamophobiatoday, uofmmedicalcenter



Hobi Baru, Membuat Lukisan Daun dengan Catakan Daun

Hm, tentu saja hobi satu ini bisa diperkenalkan pada si kecil. Selain berkreasi, mengerjakan kegiatan ini membuat Anda dan si kecil lebih dekat dengan alam.

Yuuk, kita mulai…

1.     Kumpulkan dan bersihkan koleksi daun segar yang telah Anda kumpulkan. Jajar dengan rapi untuk melihat bentuk dan ukurannya agar mempermudah imajinasi dalam berkreasi. Sangat disarankan untuk memilih daun segar. Daun kering tidak akan bisa digunakan untuk proyek ini karena akan hancur menjadi serpihan ketika ditekan.



2.     Siapkan meja kerja dan cat yang diinginkan. Bila perlu alasi dengan koran atau plastik besar untuk menjaga meja tetap bersih tidak terkena percikan cat. Ambil daun dan oleskan cat di bagian punggung daun yang memiliki tekstur tulang paling menonjol. Sebaiknya alasi daun dengan kain agar tidak mengotori kertas proyek Anda.



3.     Setelah itu balik dengan perlahan daun yang telah diwarnai ke kertas yang telah disiapkan. Hati-hati tekan dengan kuat daun agar seluruh bagian punggung daun menyentuh kertas seluruhnya. Ambil dan lihat hasilnya. Setelah itu ulangi lagi, baik dengan daun yang sama atau dengan daun berbeda.



4.     Biarkan karya Anda mengering. Setelah itu Anda bisa memakainya untuk kegunaan apa pun. Untuk dipanjang di kamar atau kertas sampul menarik bagi jurnal, kartu ucapan, kertas kado bingkisan, atau kerajinan kertas lainnya.






Sumber: Republika

Minggu, 05 Januari 2014

Apa yang Harus Dilakukan Jika Anak Suka Menonton TV?

Rumah tanpa TV? Sepertinya langka sekali ya? Apalagi rumah yang banyak anak-anaknya Biasanya orang tua menyediakan TV supaya anak-anak tak mengganggu kegiatan ayah dan bundanya. Ada yang menyediakan dvd player, supaya anak-anak tak menonton acara tv sembarangan atau berlangganan tv kabel.
Sebenarnya bagaimana cara mengatur anak supaya bisa mandiri menentukan acara tv yang baik untuknya?



Seorang pakar bernama Wartella (1980) mengatakan bahwa anak-anak dari umur yang berbeda akan memiliki keterampilan pemprosesan-informasi terhadap situasi menonton TV. Selama masa kanak-kanak, anak-anak akan tumbuh dan terjadi perubahan baik dalam kemampuan kognitif maupun dalam hal pemahaman mereka terhadap dunia sosial mereka. Kemampuan  yang berkembang ini kemudian tecermin dalam cara anak-anak dari usia yang berbeda memahami pesan TV.



Interaksi anak dan TV terus mengalami perkembangan. Nanti, pada saat anak berada di rentang usia 8—12 tahun, ia mulai menunjukkan kemandiriannya dengan memilih media sendiri, lepas dari pengaruh orangtuanya, dan lebih ditentukan oleh hobi atau minatnya. Menurut Acuff (1997), anak-anak pada usia tersebut menunjukkan ketertarikan yang besar pada acara aksi dan komedi di TV.

Para ahli berpendapat, ketertarikan anak terhadap TV sangat bisa diarahkan sedari kecil. Yang efektif untuk ini adalah tindakan yang disebut “mediasi orangtua”. Sesuai namanya, pada mediasi, orangtua menjadi perantara antara TV dan anak. Beberapa tindakan mediasi contohnya: orangtua mendampingi anak menonton TV, orangtua memberitahu anak jika ada hal-hal buruk (atau sebaliknya hal-hal yang baik) yang tampak di layar, atau orangtua mengatur pola menonton TV anak.

Dari berbagai bentuk mediasi, yang paling potensial memengaruhi ketertarikan anak terhadap TV adalah bentuk mediasi yang mengatur pola menonton TV anak. Bentuk ini dikenal dengan istilah “mediasi restriktif”.
Restriktif artinya “pembatasan”. Pada bentuk mediasi ini orangtua membatasi akses anak terhadap TV. Di sini orangtua mengatur pola interaksi anak dengan TV dengan melakukan pembatasan-pembatasan seperti menyeleksi acara yang boleh ditonton anak (hanya yang sehat dan tepat dengan usia anak yang boleh ditonton), berapa lama boleh menonton (sehari maksimal 2 jam) atau kapan boleh menonton (misalnya menonton jika pekerjaan sekolah sudah dikerjakan).

Karena acara TV banyak yang tidak aman bagi anak dan tidak pantas ditonton anak, sangat dianjurkan agar orangtua melakukan mediasi (khususnya mediasi restriktif). Jika kebiasaan ini sudah dilakukan sejak dini, akan terbentuk pola yang baik pada diri anak dalam hal mengakses TV. Nanti, dari kebiasaan baik ini, pada diri anak akan tumbuh “mekanisme pembatasan” sendiri. Dengan demikian orangtua dapat menangkal efek negatif TV kepada anaknya.



Sumber: ummi, healthyoffspring, theparentreport